(Sumber: Discovery News)
Minggu, 10 November 2013
Telepon Genggam Beracun Bagi Manusia dan Lingkungan
Penelitian yang dilakukan oleh Ecologi Center dari Ann Arbor, Michigan, Amerika Serikat dan ifixit.com menunjukkan hasil yang mengejutkan. Telepon genggam (handphone) mulai dari proses produksinya hingga menjadi barang bekas mampu mengontaminasi manusia dan lingkungan. Lebih berbahaya lagi, polusi yang dihasilkan sulit untu dideteksi. Penelitian ini dilakukan pada 36 model handphone yang berbeda. Setiap satu buah handphone mengandung setidaknya satu elemen beracun : timah, bromine, klorin, merkuri dan kadmium. Diketahui handphone yang paling sedikit racunnya adalah
Motorola Citrus. Sedangkan yang paling "kotor" adalah iPhone 2G. Namun,
catatan ini kemudian diperbaiki oleh Apple sebagai produsen iPhone. Dua
varian terbarunya, iPhone 4S dan iPhone 5 masuk dalam daftar
lima handphone terbersih. Meski demikian, Jeff Gearhart sebagai Direktur Riset Ecology Center
menyatakan, telepon terbaik pun masih penuh dengan bahan kimia
berbahaya. Bahan kimia ini berhubungan dengan cacat lahir,
gangguan belajar, dan masalah kesehatan serius lainnya, ditemukan di
tanah dengan level antara 10 hingga 100 kali lebih berbahaya dari tempat
daur ulang elektronik di Cina. Secara keseluruhan, penelitian ini melibatkan 1.106 handphone yang dibongkar dan diuji oleh tim di ifixit.com
menggunakan sinar-X. Teknik ini membombardir sebuah objek dengan
radiasi. Sinar radiasi yang dirilis kembali oleh objek tersebut kemudian
diukur. Dari sini bisa teridentifikasi materi-materi tertentu yang
dirilis oleh si objek. Sumber polusi dan risiko kesehatan terbesar dari handphone
berasal dari bahan-bahan mineral yang digunakan, proses produksi
peralatan, dan pembuangannya. Menurut Gearhart, untuk mencegah risiko
lebih besar, dibutuhkan insentif agar tercipta desain elektronik
konsumen yang lebih hijau. Menurut data dari Environmental Protection Agency (EPA), AS, di tahun
2009 terdapat 2,37 juta ton peralatan elektronik yang memasuki masa
"manajemen akhir hidup". Itu artinya, barang-barang tersebut sudah
rusak, mati, kadaluarsa, atau tidak diinginkan lagi. Dari sekian sampah digital, hanya 25 persen di antaranya yang masuk
pusat daur ulang. Padahal menurut Kyle Wiens, CEO dari ifixit.com, sampah elektronik adalah masalah besar yang bisa
menyebabkan bahan-bahan kimia merembes ke air minum dan meracuni
lingkungan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar